Kembali ke Jogja (1)
September
2017. Sudah tidak terhitung berapa kali saya ke Jogja, puluhan kali mungkin.
Meski begitu saya tetap akan kembali untuk yang seratus kali, bahkan kalau
boleh menetap hehe. Perjalanan ke Jogja kali ini tanpa direncanakan, dua minggu
sebelumnya muncul ide, satu setengah minggu sebelumnya beli tiket berangkat,
satu minggu sebelumnya beli tiket pulang (kenapa tidak sekalian beli pp? Maklum
anak kos belum ada duit). Saya pergi dengan Laras dari Surabaya, tergesa-gesa
jalan kaki dari kos ke stasiun, ada kepentingan yang belum terselesaikan di
kampus. Kereta pun sudah datang dan ternyata gerbong kami berada paling
belakang padahal ketika pemesanan kami memilih gerbong nomor satu, kami memaki
karena lumayan lelah setelah jalan cepat ke stasiun. Jadi pada kondisi itu
gerbong 5 paling depan disusul gerbong setelahnya di belakang.
Ini pertama kali saya ke Jogja naik
kereta, pun Laras. Perjalanan menghabiskan waktu lima jam dengan kereta Sri
Tanjung yang kami habiskan dengan membaca buku, webtoon, Al-Quran (INI LARAS,
SUBHANALLAH), tidur miring kanan, kiri, tidak pernah mendapatkan posisi yang
nyaman. Laras bilang stasiun yang menurutnya paling bagus ialah Solo Balapan.
Saya jadi penasaran. Di penghujung perjalanan saya tidak tidur demi melihat
sebagus mana stasiun itu. Tapi sayang kereta tidak berhenti di Solo Balapan.
Sedikit Kecewa. Sampai di Jogja sekitar pukul 21.00 WIB kami dijemput mas Bowo
beserta kelurganya (satu istri dan satu anak ), kakak laki-laki Laras nomor dua
dan diajak makan di penyetan. Bersyukur. Lalu kami diantar ke rumah Mas Yudi,
kakak laki-laki Laras yang pertama untuk menginap. Kenapa tidak menginap di Mas
Bowo? Kalau tidak salah rumahnya Mas Bowo agak jauh, saya sudah lupa dimana,
sedangkan rumah Mas Yudi masih di daerah Bantul dekat pusat kota Jogja jadi
diputuskan menginap di Mas Yudi. Memang kan niat kita ke Jogja untuk jalan-jalan
sembari intropeksi diri hehe. Setelah sampai kami jagongan sebentar dengan istri Mas Yudi ialah Mbak Atik lalu
pamitan tidur. Besok kami mulai perjalanan kembali.
Kami setuju untuk tidak ke
tempat-tempat yang biasanya dikunjungi di Jogja. Ingin ke Museum Ullen Sentalu
tak punya uang, ke Jogja Library Center tak punya waktu, ke Museum Sonobudoyo
kurang punya niat. Akhirnya kami ke Taman Sari (Ini umum hehe), Candi Ijo,
Candi Sambisari, Candi Plaosan, Candi Sari, Candi Kalasan, Candi Banyunibo. Kami
pinjam sepeda Mas Yudi untuk berkeliling, alhamdulilah dikasih. Pertama, kami
ke Taman Sari yang masih dalam kota Jogja. Secara arsitektur unik dan menarik
khas keraton. Megah di tengah kota, sayang tertutup banyak pemukiman. Tak
jarang di dinding Sumur Gemuling (masih kompleks Taman Sari) saya menemukan
praktik vandalisme berupa ukiran nama sesorang dan kekasihnya di dinding
ditulis untuk keabadian mungkin. Sayang. Kami hanya sebentar di Taman Sari dan
ingin melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Di parkiran saya menjumpai papan
yang didalamnya ada koran, saya rasa ini banyak dijumpai di Jogja yang jarang
ditemui di kota lain, di Surabaya terutama. Saya berhenti untuk membaca
sebentar sebagai sebuah apresiasi bahwa literasi tetap jalan terus.
Perjalanan
kami teruskan ke Candi Plaosan Lor. Memakan waktu sekitar 30 menit. Jadi ini
candi yang pernah muncul iklan RCTI. Saya suka suasana di candi ini tidak
begitu ramai. Mungkin memang idealnya seperti itu, apabila ramai kasian
candinya. Bisa aja akan ada kerusakan dimana-mana apalagi masyarakat belum
sadar adab berwisata di situs cagar budaya. Candi ini dikeliling sawah padi,
tidak ada pohon besar jadi kalau matahari bersinar cerah akan panas. Tapi kalau
sudah masuk dalam candi rasanya adem, seperti ubin mushola. Di sebelah utara
terdapat altar yang dikeliling arca kecil, tapi sudah banyak yang tidak utuh. Mungkin
dulunya altar itu digunakan untuk pementasan. Laras selalu bilang, kalau kami
berkunjung ke tempat-tempat seperti ini. “Misal ya Din, moro-moro kene balik
100 tahun biyen, terus kene seng paling bedo dewe, gae klambi koyo ngene, terus
....” (Misal ya Din, tiba-tiba kita
balik ke 100 tahun yang lalu, terus kita paling berbeda soalnya pakai baju ini,
terus ...). Selanjutnya Laras akan menceritakan kemungkinan apabila kembali ke
100 tahun lalu yang tidak akan pernah mugkin.
Setelah
dari Plaosan kami memutuskan pulang karena hari sudah sore. Ternyata jalan
pulang sunggu macet. Saya kira Jogja bebas macet ehehe. Saya melihat deretan
mobil yang mayoritas hanya diisi satu orang, yaa hanya supir saja tanpa ada
penumpang. Heran saya sama orang-orang seperti ini. Sampai di rumah ada anak
mas Bowo dan mbak Atik, Ayya dan Aqila namanya. Mereka lucu, suka mengajak
bicara, tak jauh beda dengan Laras namanya juga keponakannya.
Saya
jeda dulu yaa, secepatnya saya akan sambung lagi sembari mengingat :)))
Caesars Casino Resort to Host The Party at Harrah's Cherokee
BalasHapusHarrah's 포천 출장마사지 Cherokee Casino Resort is in the process of accepting 통영 출장마사지 a first-come-first, first-serve, and first-serve, 파주 출장마사지 first-serve, 광주광역 출장마사지 and first- 광주 출장안마